Malam itu aku mendengar bahwa ia menangis.
Katanya hingga sesenggukan.
Maka kemudian, aku menghampirinya.
Kulihat matanya merah, bahkan menjadi sipit menggendut.
Tanda bahwa ia benar-benar habis menangis.
Dengan lembut, aku duduk di sisinya.
Aku katakan padanya "I Love You".
Ia terdiam menatapku.
Aku tahu, sebentar lagi akan ada bulir-bulir air keluar dari mataku.
Maka kutundukkan kepalaku.
Menangis sepuasnya.
Aku paling tidak suka melihat lelaki menangis.
Bagiku itu menandakan kecengengan.
Tapi itu dulu.
Ternyata aku tidak suka melihat lelaki menangis, karena aku akan ikut pula menangis.
Jangan pernah menangis lagi ya.
Aku berkatanya padanya, tapi hanya dalam hati.
Jangan pernah menangis lagi ya, ayahku.
Sebab aku tidak akan pernah kuat melihatmu menangis.
Mendengarmu menangis saja, aku sudah mau menangis.
Jangan pernah menangis lagi ya, ayahku.
Sungguh, aku mencintaimu dengan sangat.
Maka, hapuslah seluruh dukamu dengan cinta dariku.
Jangan biarkan lagi air matamu tumpah.
Sungguh.
2 Maret 2009 (tentang suatu hari, saat kudengar kau menangis)
Senin, 02 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar